Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

JUMAT PAHING

Aku bersyukur telah melalui hari ini dengan penuh ketenangan. 31 Agustus 2010, 31 Agustus.... hari yang kemaren kuanggap sebagai hari milikku. Tak ada notifikasi, tak ada yang tahu, tak ada yang ingat, tak perlu ada ucapan selamat, apalagi hadiah dan traktiran....nehi... mengalirlah dengan tenang.

Tapi tak urung aku kembai bertanya-tanya, apakah 31 Agustus ini akurat? Sekadar menyenangkan diri, tanggal itu berasal dari temuanku sendiri, setelah menyadari ketidakcocokan antara tanggal lahir resmiku dengan hari pasarannya. Ya... dalam dokumen resmi aku disebut lahir tanggal 17 April 1973. KTP, Ijazah, Akte kelahiran, dll menyebut angka itu. Tapi bundaku bersumpah melahirkanku pada hari Jumat Pahing. Sedangkan 17 April 1973 adalah Selasa legi. Jumat Pahing dan Selasa Legi jelas beda dong...

Lalu kenapa aku memutuskan 31 Agustus 1973? Karena bundaku samar-samar mengingat bahwa tanggal lahirku telah dituakan 4 bulan. Dihitang-hitung 4 bulan setelah April adalah Agustus, dan hanya ada 1 Jumat Pahing di bulan Agustus, yaitu tanggal 31 Agustus. Puas?... ya... setidaknya selama ini aku meyakini tanggal lahir sejatiku adalah 31 Agustus, bukan 17 April.

Penting nggak ya nulis ini?... ah penting nggak penting aku sedang ingin menulis. Suka-suka akulah... karena aku menemukan fakta lain tadi malam. Fakta yang lebih akurat. Sebelumnya aku ingin cerita beberapa kilas dulu kenapa tanggal lahirku bisa kacau...

Awal 1970-an, Orde Baru sedang aktif mengkonsolidasi rezimnya di atas ketakutan masyarakat. Pemilu 1971 menjadi ujicoba memenangkan Golkar dengan menghalalkan segala cara. Segenap unsur birokrasi dikerahkan untuk kesuksesan pemerintahan Golkar. Di desaku yang merupakan sarang kuat Partai NU, aktivis Golkar yang didukung pemerintah aktif mengintimidasi dan menakuti warga. Bapakku yang kebetulan PNS Depag (baca guru agama), dan ibuku yang kebetulan Ketua Fatayat NU, menjadi sasaran empuk. Walhasil pintu rumahku dicat silang merah pada suatu tengah malam (diduga yang melakukan adalah pemuda Golkar) karena mereka menganggap bapakku susah dijadikan Golkar. *keterangan: pintu rumah yang disilang merah adalah tanda yang kerap ditujukan di rumah orang-orang PKI pada tahun 1965/1966 dengan tujuan meneror mereka, biasanya dilakukan oleh antek-antek ABRI.

Konon Ibuku yang saat itu Ketua Fatayat NU pernah terlibat (ikut tanda tangan) melengserkan kepala desa kami yang simpatisan PKI, tapi kepala desa itu adalah anggota ABRI. Akibatnya, semua yang ikut tanda tangan, termasuk ibuku, dipanggil ke Polsek dan dipaksainapkan di Polsek selama beberapa hari. Peristiwa ini membuat ibu shock, jatuh sakit dan terkena jantung selama beberapa tahun (1971-1973). Jelas bahwa pemerintah pada saat itu tidak ingin ada aparatnya yang dikuyo-kuyo warga. Semua warga harus tunduk demi penguasa baru yang sedang tumbuh (Golkar).

Nah... pada saat ibuku menderita jantung itulah beliau mengandungku. Agak aneh sedikit.. kenapa bapakku tega-teganya menghamili ibuku pada saat ibuku sakit?.. mana aku tahu... mungkin mereka berdua menganggapnya semacam obat kesepian, iseng-iseng berhadiah di tengah-tengah kecemasan dan ketakutan, haha.. *lebay...

Singkat cerita, pada saat aku dikandung itu, Kapolsek jahat yang pernah membui ibuku itu telah diangkat menjadi camat di kecamatan kami. Bangsat itu bernama SARJU, dan ia makin pongah sejak menjadi camat. Salah satu targetnya adalah membuat sejumlah PNS (termasuk bapakku) tunduk dan mau ikut Golkar, melalui intimidasi dan kekerasan. Konon, salah satu sahabat bapaku, seorang guru agama, pernah dihajar oleh SARJU ini di ruangan kelas, hingga yang bersangkutan sakit parah dan lalu meninggal. Tidak mengherankan bagi sejumlah guru saat itu, Golkar dianggap sebagai PKI baru.

Saat aku lahir, bertepatan dengan pengumuman baru dari Camat SARJU bahwa semua PNS wajib ikut Program Keluarga Berencana (KB) dengan batas maksimal 3 anak saja, disertai sanksi pemecatan bagi yang membandel. Kebijakan yang aneh dan ngawur itu membuat bapakku panik, karena kebetulan aku dilahirkan sebagai anak keempat. Lalu agar selamat, bapakku mencatatkan aku lebih tua, sebelum kebijakan itu diumumkan, ketemulah tanggal 17 April 1973. itulah tanggal lahir resmiku.

Sejak SMA, aku sudah tak percaya tanggal lahir resmi itu. Pedomanku adalah “SUARA IBU” yang terus mengatakan bahwa aku lahir hari Jumat Pahing. Sedangkan 17 April adalah Selasa Legi. Ingatan samar-samar ibu aku dulu dituakan 4 bulan, artinya Agustus 1973. Berbekal rumus yang kutemukan di sebuah majalah, aku searching (halah) jum’at pahing di bulan Agustus 1973, ketemulah tanggal 31 Agustus.

Maka sejak SMA hingga kemaren (31 Agustus 2010), aku meyakini tanggal lahirku adalah JUMAT PAHING 31 AGUSTUS 1973. Artinya aku berulang tahun kemaren.

Benarkah?.......

Tadi malam aku menelepon ibu. karena kekurangan bahan ngobrol, iseng-iseng aku menanyakan kembali kapan aku dilahirkan. Benarkah aku dulu dituakan 4 bulan? Benarkah aku dilahirkan Jumat Pahing?

Dan ohhh... ternyata kebetulan sekali "si tersangka" perubah tanggal lahirku sedang duduk di sampingnya, Bapakku, yang juga kebetulan katanya baru saja menemukan buku-buku lama catatannya.

Berdasarkan buku-buku lusuh itu. Benar sekali bahwa aku dilahirkan pada Jumat Pahing seperti keyakinan ibuku. Benar sekali aku telah dituakan untuk menghindari jebakan bangsat geblek bernama Camat SARJU (aku tak akan memaafkanmu mayat, kalau tau kuburanmu aku ingin mengencinginya, haha), tapi bukan dituakan 4 bulan. Aku ternyata hanya dituakan 1 bulan. Artinya itu bulan Mei. Dan di catatan itu jelas tertulis, “Susetyo jauhar Arifin lahir hari Jumat Pahing 18 Mei 1973, dicatatkan Selasa Legi 17 April 1973”. Jelas. Tajam. Akurat.

Lega juga rasanya mengetahui kapan aku dilahirkan setelah 37 tahun mencari-carinya, halah lebay...


Untuk melengkapi penemuanku, tepatnya kepuasan hati telah menemukannya, aku sertakan disini ciri-ciri kelahiranku:

18 Mei...
dalam tafsir horoskop masuk Taurus. Menurut Putri Wong Kam Fu, rasi bintang TAURUS terletak antara aries disebelah barat dan gemini di sebelah timur. Taurus dilambangkan dengan bull yang dalam ejaan bahasa indonesia artinya sapi jantan (boleh juga dianggap kerbau atau banteng).

Seorang pria taurus dicirikan begitu mencintai wanitanya. Ini tidak mengagetkan, karena konon dalam mitologi romawi….taurus dikuasai oleh Venus, sang dewi cinta.
Bintang Taurus itu memiliki tanda feminim dan mempunyai kesabaran yang tinggi (namun jika sekali marah maka sulit menghentikannya).

Taurus cocok berjodoh dengan: “Cancer”, Virgo, Capricorn, Pisces
Perasaan kompleks kepada: Taurus, Scorpio
Hubungan aneh dengan: Leo, Aquarius
Tidak cocok dengan: Aries, Gemini, Libra, Sagittarius

18 Mei 1973….
Dalam horoskop China, sekali lagi aku masuk cluster KERBAU, shioku Kerbau, tepatnya Kerbau Air. Orang-orang yang berada dibawah shio kerbau memiliki sifat karakter pembawaan yang tenang, sabar dan sedikit pemalu. Ketelitian dari shio kerbau ini bisa diacungi jempol. Sebelum mengambil keputusan, ia selalu menganalisa dan mempertimbangkannya dengan cermat. Karena dari itu ia seringkali terhindar dari bahaya. Shio kerbau juga seorang pekerja keras dan tidak cepat putus asa bila menghadapi masalah dan kesulitan dalam hidupnya. Ia pun memiliki pendirian yang teguh dan selalu bersemangat dalam hidup . Karena itu, jangan heran shio kerbau ini tiba-tiba dapat mencapai sesuatu diluar dugaan orang lain.

Yang patut disayangkan adalah karena sifat karakter pembawaanya yang seringkali terlihat lambat, shio kerbau jadi sering ketinggalan sesuatu, khususnya dalam menghadapi persoalan yang membutuhkan tindakan keputusan yang cepat. Dia suka menyendiri dan suka membanggakan diri sendiri, hal ini yang seringkali menghambat kemajuan dan perkembangan dirinya.

Jumat Pahing...
Dalam hitungan Jawa, Jumat adalah 6, Pahing adalah 9. Jumlahku 15. Seorang Jumat Pahing Pada dasarnya adalah pembicara yang menyenangkan dengan cita-cita tinggi dan hati yang jujur. Apalah artinya jika dia bersikap sedikit boros! Dia bakal memperoleh banyak poin dari mereka yang ingin melihatnya berhasil -- bahkan jika anda tidak selalu memanjakan mereka. Sayangnya Dia kelihatan begitu mudah dimanfaatkan sehingga orang tidak akan menyangka bahwa dia akan mampu bersikap gigih (baca: keras kepala?) atau menduga betapa ganasnya dia bila sedang mengalami hari yang menjengkelkan!

Hari resmiku, 17 April 1973 adalah Selasa Legi. Selasa adalah musuh Jumat Pahing, karena Selasa adalah Api. Minggu adalah jodoh Jumat pahing, huhuyy..
Kemaren 31 Agustus 2010, ternyata juga Selasa Legi. Waktu rahasia ini terpecahkan.. sip kannn....

Perdatam, 31 Agustus/1 September 2010.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SULASTRI

Setiap mendekati lebaran aku tak bisa melepaskan ingatan darimu. Hanya Engkau. Tubuhmu yang mungil, garis keras wajahmu, gelap kulitmu yang menjadi takdir warnaku, geliyut kerentaan fisik yang tak bisa ditutupi lagi.

Dan kau mengeluh tentang rasa ngilu di kaki yang mengganggu khusyu’ subuhmu. Usia telah memberimu isyarat untuk ngaso, berhenti bekerja. Namun dalam tradisi dan kepercayaanmu, kau tidak bisa menerima konsep manusia yang tidak punya kegunaan bagi lingkungan. Serenta apapun, adalah pantangan menggantungkan hidup pada orang lain, meski itu anakmu sendiri.

Entah sejak kapan kita dekat, aku tak ingat. Apakah kita pernah dekat? Tapi terakhir kali menggenggam tanganmu yang dingin diresapi takut saat pesawat lepas landas aku bahagia sekali. Bahagia sekaligus iba. Ini ibuku, yang melahirkanku. Ibu yang menganggap kereta api terbaik adalah kelas ekonomi, kubawa terbang ke angkasa hanya untuk membuatnya bangga. Tapi engkau malah ketakutan. Mengeluhkan AC yang membuatmu menggigil dan masuk angin.

Jarak kita telah jauh ibu, sangat jauh. Aku tak bisa menikmati keindahan duniamu, kaupun tak bisa menyelami hidupku. Betapa menyakitkan menyadari keterpisahan demikian jauh denganmu. Dan aku bukanlah anak yang pintar mengambil hatimu, kurang peka suasana batiniahmu. Masih kuingat sorot matamu yang membuat hatiku berdegub keras ketika kubawakan untukmu hadiah lebaran, kebaya panjang dan kerudung, untuk pertamakalinya dan hanya sekali itu saja. Aku tak pandai menyenangkanmu.

Hanya satu cara yang bisa membuatmu lega di akhir kisahmu. Aku tahu itu, aku sadar. Dan kau tak ragu menagihnnya yang bagiku lebih menakutkan dari ancaman teror.

Ibu. Aku merindukanmu, tapi tak ingin bertemu denganmu. Tak sanggup aku menjanjikan sesuatu yang tak bisa kupenuhi. Tak kuasa menatap harap di matamu.

Maafkan aku ibu, telah kuwarisi kekerasanmu dengan sempurna.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Roda Tanpa Rantai Baja

Kita tidak tahu kapan kehidupan kita dinaikkan dan/atau diturunkan kualitasnya. Jika istilah naik dan turun diterima. Kapan kita dimuliakan dan kapan dihancurkan. Tidak perlu persoalkan penggunaan “di” yang hanya istilahku belaka.

Seperti seorang kawan yang saat ini aku merasa sangat prihatin—meskipun tak melakukan apa-apa untuknya—karena kejatuhannya yang demikian cepat. Dari seseorang yang kukagumi integritasnya (hanya sedikit di dunia ini yang kuakui) menjadi pria malang yang memeras kebaikan teman-temannya.

Aku tak tahu apakah dia sadar sedang menghancurkan dirinya sendiri… Tidakkah dia tahu bahwa sangat mudah bagi kami mengetahui ‘ulahnya’? Dia lupa, dalam urusan keuangan, kebanyakan orang cenderung akan membicarakannya pada orang lain, kalau perlu dibesar-besarkan dengan kalimat seperti: “ia hutang kepadaku sekian dan belum membayar setelah berkali-kali jatuh tempo” atau “beraninya ia hutang lagi padahal yang lama tak ada kabar berita…”.

Aku ingin meneriakinya, Sobat..kembalilah pada dirimu yang dulu, pria terhormat yang kukagumi morilnya, jangan hancurkan citra dirimu sendiri.. Tapi dia menghindari setiap tatapan mata. Berusaha meyakinkanku bahwa ia baik-baik saja. Menutupi luka menganga di hatinya setelah tragedi rumah tangga itu.

Mungkin dia menyangka apa yang ia alami adalah aib lelaki yang sebisa mungkin harus disembunyikan, jika perlu dimasukkan sumur dan disemen agar tak ada satu makhluk Tuhanpun yang tahu. Dia lupa manusia tidak pernah dikaruniai alat untuk menyembunyikan aib, seperti bendungan rapuh yang bobol disana-sini. Mulutnya terkunci tapi matanya terbuka lebar mengabarkan tangisnya ke udara.

Mengapa tidak membuka diri, berbagilah, mungkin sedikit meringankan himpitan di dadamu, ketimbang berjingkat-jingkat mendekat sambil mengajukan proposal utang baru dengan mimik wajah yang membuat kita merasa bersalah jika tidak memberi. Uang, tidak akan menyelesaikan masalahmu.

Bukankah naik dan turun itu wajar… seperti roda berputar. Mengapa hanya sibuk menyalahkan sang mantan tanpa berkaca di depan cermin yang lebih jernih. Jikapun kau melihat bayanganmu penuh noda itupun wajar. Kamu bukan dan tidak perlu menjadi manusia super.

Sayangnya roda kehidupan tidak menggunakan rantai dari baja, demikian kata Ritchie Blacksmore. Tidak ada irama yang tetap, kadang hanya satu menit kau di atas dan tiba-tiba terlindas lagi untuk waktu entah sampai kapan. Tapi kau tak cepat menyadarinya, memilih menenggelamkan diri dalam kepuraan yang tidak pura-pura. Tepatlah nasihat Blacksmore “Hanya keberkahan yang bisa kita harap”.

Menungso tansah sawang sinawang, manusia hanya sibuk mengamati orang lain dan lupa melihat dirinya sendiri. Aku sendiri tak tahu apakah aku sedang ada di bawah saat ini. Mungkin juga ada kawan yang sedang berpikir atau menulis hal mirip tentang aku. Wallahu A’lam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

bersambung

Kebencian seperti halnya Cinta, berkobar karena hal-hal kecil(MI),....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bohong

Bergaul di tengah aktivis dan politisi, menjumpai berbagai jenis orang yang dengan entengnya berbohong demi keuntungan diri sendiri. Mereka bukan saja tidak merasa bersalah, malah bersikap sok suci-sok benar dan balik menyalahkan kita yang tidak melakukan apa-apa. Energi apa ya yang mereka miliki.....?

Aku percaya semua orang memiliki nurani dan kecenderungan melakukan kebaikan dan menentang keburukan. Maka bagaimanakah cara para pembohong itu mengatasi human nature nya sendiri? melawan dorongan nuraninya sendiri? Tidakkah itu menyakitkannya......

Sebagai manusia biasa, aku pasti pernah berbohong demi keuntungan sendiri. Tapi tidak sering. Yang membuatku tidak sering berbohong bukan karena aku orang "baik", tapi karena aku tak cakap berbohong. Setiap kali hendak membohong, suhu tubuhku mendadak menghangat berasa tak nyaman, tapi juga kedinginan seperti nggak pakai baju, lidah kelu, bibir gemetar, kulit muka rasanya seperti dikupas hingga orang yang hendak kubohongi bisa melongok isi rongga kepalaku dan melihat apa yang kusembunyikan darinya. Belum ditambah rasa was-was bila kedokku terbongkar.
Yang pasti semua syaraf tubuh bereaksi menolak hadirnya anasir bohong. Mungkin atas dasar itulah mesin Lie Detector diciptakan..?

walhasil, belum pernah ada kisah kebohonganku yang sukses. Maka aku bertanya bagaimana cara mereka yang hidup dari kebohongan....? Bagaimana caranya?

Tentu saja ini bukan hanya menyangkut para politisi dan dunia politik. Aku juga melihat yang sama dalam keseharian. Politik hanyalah cerminan dari apa yang terjadi di keseharian. Aku yakin sampeyan juga pernah menemui orang-orang semacam itu di keseharian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Matur Nuwun

Thank you have filled my heart with emptiness.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

AKU SI BOLANG SEJATI

Kembali ke masa lalu, masa kanak-kanak yang menyenangkan. Aku selalu mencintai masa lalu, sejarah, latar belakang seseorang dan pengaruhnya secara emosional terhadap kekinian. Aku percaya adanya energi dari masa lalu yang mencetak rupa kita saat ini dan di masa datang. Seorang pemikir berkata: “Mereka yang tidak menyukai sejarah, sebenarnya membenci sejarahnya sendiri” Wallahu a’lam…

Ketika mengamati polah anak-anak dan mainannya, baik anak-anak di Jakarta, Malang, atau di kampungku, aku sering teringat kanak-kanak bernama aku seperempat abad silam di sebuah desa bernama Majenang, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Pelosok, tapi masih bisa diamati dengan cukup jelas melalui GoogleEarth. Ya… anak itu bernama SUSETYO JAUHAR ARIFIN. Biar keren kemudian disingkat menjadi SJ. Arifin, dan agar nampak seperti member Ordo Jesuit kerap ditulis sebagai Arifin, Sj. Tentu saja aku muslim…

Kembali ke soal mainan anak-anak, aku sering memperbandingkan dengan cara begini: mainan anak-anak jaman sekarang selalu merupakan barang fabrikan yang harus dibeli, kadang dengan uang yang tidak sedikit. Bukankah cukup sering kita melihat penjual mainan anak-anak berseru: “sayang anak… sayang anak…” untuk merayu anak-anak. Semuanya harus dibeli.

Seingatku, di jaman aku masih kecil, nyaris tak satupun barang mainan kami yang harus beli. Tegasnya, kami membuatnya sendiri dengan tangan kecil kami yang kreatif. Apakah ini karena aku lahir dan dibesarkan jauh dari toko (kota)…? Mungkin saja. Tapi seingatku saat itu bahkan anak desa kami yang paling kaya pun membuat sendiri alat-alat permainannya.

Setiap kali pulang kampung, aku sering mengamati apakah kanak-kanak di desaku sekarang masih melanjutkan “kearifan lokal” (huhuyy istilahe kelincipen) warisan kami? Ternyata tidak. Mereka, sama saja dengan anak-anak kota, membeli mainan. Tak ada lagi anak-anak yang menggerakkan tangan kreatifnya membuat mainan, termasuk di desaku sendiri (sedihh).

Khawatir pada suatu saat kearifan lokal itu punah ditelan zaman, aku memutuskan untuk menulis ini, siapa tahu kelak akan bermanfaat. Aku ingin bercerita tentang ragam permainan kami dulu dan cara kami membuatnya (nanti akan kulengkapi dengan sketsa, kalau scan nya sudah balik dari Kalimantan).


LAYANG-LAYANG

Kami menyebutnya Layangan. Ini merupakan permainan yang paling aku sukai di masa kecil. Kertas minyak warna-warni yang melayang di ketinggian sungguh sangat mengagumkan.

Aku mulai membuat layang-layangku sendiri sebelum berusia 8 tahun. Aku masih ingat layang-layang pertamaku berwarna terlalu ragam dan compang-camping mirip baju pengemis yang ditambal kain warna-warni. Mengapa? Karena aku tak cukup punya kertas minyak. Yang ada hanyalah sisa-sisa potongan kecil kertas minyak pasca dipergunakan kakakku membuat pola baju. Layang-layang pertamaku sukses terbang, walau dicemooh banyak kawan karena penampilannya yang enggak banget.

Bagaimana cara kami membuat layang-layang? Persis dengan syair lagu kanak-kanak berikut:
“Kuambil buluh sebatang, kuraut sama panjang, kupotong dan kutimbang dengan benang… kujadikan layang-layang…bermain… berlari… bermain layang-layang… dst”.

Maknanya.. ambil dan pilih buluh bambu yang cocok. Jadikan ruasnya sebagai titik tengah, lalu rautlah dengan hati-hati hingga kurang lebih sama panjang dan sama beratnya. Kemudian timbanglah kedua sisi dengan ruas bambu sebagai titik tengahnya. Cara menimbang: ikatlah poros dengan benang, lalu angkat hingga kedua sisi tepat horisontal. Jika terlihat sisi kiri lebih berat, rautlah lagi hingga tepat setimbang dengan sisi kanan.

Langkah kedua… jadikan buluh bambu yang sudah ditimbang tadi sebagai rangka sayap layang-layang. Ikat ruasnya pada sebuah buluh bambu lain yang lebih besar dalam bentuk seperti salib. Kemudian hubungkan 4 ujungnya dengan benang membentuk jajaran genjang.

Langkah ketiga, siapkan kertas minyak. Khusus kertas minyak ini kamu harus beli di toko. Pilih warnanya yang cocok. Jika ingin praktis, gunakan satu warna saja. Tetapi jika ingin lebih berpenampilan, gunakan 2-3 warna dengan motif vertikal, horisontal atau menyilang. Banyak gaya yang dipakai untuk komposisi warna ini, tergantung kreativitas.

Langkah keempat, potong kertas minyak sesuai bentuk kerangka layang-layang. Beri kelebihan sekitar 0,5 cm untuk merekatkan kertas minyak. Apakah perlu lem?... hohohoho… tentu tidak. Jadikan sisa nasi sebagai lem. Tapi pastikan nasi itu tidak terlalu keras. Kami menyebutnya “lem upo”. Upo: butiran nasi.

Setelah direkat dengan “lem upo” jadilah layang-layang itu. Siap diterbangkan. Jangan lupa memberi dasi tepat di persilangan rangka layang-layang sebagai pemanis. Khusus untuk anak-anak yang lebih kecil, beri buntut panjang sebagai tanda layang-layang itu tidak untuk aduan.


TEKNIK MENGGELAS BENANG LAYANG-LAYANG ADUAN.

Tidak lengkap punya layang-layang kalau tidak diadu dengan layang-layang lainnya. Adu layang-layang merupakan acara paling seru di kampung. Anak-anak hingga dewasa menikmatinya. Pernah melihat film “Kite Runner”…? Persis seperti itulah yang terjadi.
Bagaimana membuat benang layang-layang kita kuat dan tajam? Btw kupingku pernah berdarah terkena layang-layang kawan saking tajamnya. Begini cara menajamkan benang (kami menyebutnya menggelas atau menyerit)

Bahan-bahan: gulungan benang baru, kanji (semacam lem), ancur (semacam perekat yang lain), potongan kaca, penumbuk kaca, dan kaleng untuk merebus adonan.

Langkah pertama, belilah benang yang cukup baik kualitasnya. Urutan harganya kalau tidak salah: Benang cap Gajah (Rp. 1.000/rol), benang cap Kepala Kambing (Rp. 500/rol), benang Cap Mawar (Rp. 300/rol), benang Cap Roda (Rp. 100/rol), benang cap Ultra (Rp. 50/rol). Semua kurs berasal dari masa lalu. Hanya orang dewasa atau anak orang kaya yang bisa membeli benang Cap Gajah. Seingatku semua benangku adalah Cap Ultra (hehe).

Langkah kedua, belilah kanji dan ancur.

Langkah ketiga, carilah potongan kaca terbaik. Rumors di kalangan kami dulu, kaca terbaik adalah berasal dari kaca/penyambung di tiang telepon yang menghubungkan jalur kereta api yang sudah tak berfungsi lagi. curilah kaca itu. Tapi jika tidak terlalu berani, ambillah kaca seadanya.

Langkah ketiga, ambil alat penumbuk kopi (lumpang) milik ibumu. Masukkan kaca-kaca yang sudah dibersihkan ke dalamnya, lalu tumbuklah hingga kaca itu hancur dan menjadi halus. Kemudian… saringlah serbuk kaca tadi. Dengan apa menyaringnya?... dengan bajumu yang paling tipis. Serbuk kaca yang tersaring itu sehalus bedak. Tapi itu kaca, jangan main-main di dekat matamu.

Langkah keempat, masukan serbuk kaca, kanji, dan ancur ke dalam kaleng bekas. Bila kurang cukup, tambahlah dengan telur. Lalu tuangkan air secukupnya lalu aduk di atas tungku hingga mendidih.

Langkah kelima, angkat kaleng beserta isinya, masukkan rol benangmu ke dalamnya, biarkan sejenak hingga hangat.

Langkah keenam, carilah dua tonggak yang jaraknya satu sama lain sekitar 5 meter. Jika tak ada, manfaatkan dua batang pohon yang berdekatan. Jika takut kehujanan, manfaatkan tiang rumah (ini yang paling sering).

Langkah ketujuh, ikatlah ujung benang yang rolnya masih tercelup di adonan pada tiang itu, lalu bergeraklah mundur pelan-pelan ke arah tiang yang lain. Gunakan jarimu (ibu jari dan telunjuk) untuk mengulur benang, jaga agar tidak terlalu banyak adonan yang menempel di benang itu. Belitkan benang itu di tiang kedua, lalu kembalilah ke tiang pertama, terus menerus hingga seluruh benang habis.

Tunggu hingga benang itu kering oleh hangatnya udara. Setelah selesai, benang siap dipergunakan. Hati-hati jarimu.


KATAPEL

Anak-anak merasa lebih keren dengan katapel yang dikalungkan di leher. Demikianlah kami dulu. Tapi bagaimana cara membuat katapel?

Pertama, pergunakan waktumu untuk melihat-lihat dan mencari dahan pohon yang bentuknya cocok. dahan paling ideal adalah dahan pohon asam, karena ia kuat dan mudah dibentuk. Jika tak mendapat dahan pohon asam pergunakan dahan pohon Jambu Klutuk (bukan jambu air), jika kurang beruntung, carilah dahan pohon bunga sepatu. Biasanya setiap hari libur kami berjalan-jalan antar kampung, mencari-cari dahan untuk Katapel.

Setelah dahan yang cocok didapat, potonglah lalu bawa pulang. Rautlah kedua anak dahan serapi mungkin, kemudian bentuklah menjadi cabang yang sempurna. Caranya: gunakan tali dan pengganjal hingga bentuk cabang katapel itu simetris. Simpanlah bahan itu beberapa hari hingga bentuknya tidak berubah lagi.

Kemudian,… pangganglah bahan itu di atas tungku dapur sambil berpura-pura membantu ibumu memasak. Rautlah sehalus mungkin hingga bentuknya menjadi cantik.

Lalu,… belilah pentil (karet panjang yang biasa digunakan untuk menyumbat lubang angin ban sepeda) dan carilah sepatu butut yang bisa kamu potong kulitnya. Jangan keliru ambil sepatu bapakmu tanpa izin, hehehe. Ikatlah pentil pada dua anak cabang katapel, ujung satunya ikatkan pada kulit sepatu yang sudah kamu potong. Fungsi kulit sepatu adalah sebagai tempat peluru katapel.


MOBIL-MOBILAN DARI LEMPUNG

Cara membuatnya:
Siapkan tanah liat yang paling liat, biasanya yang berwarna kuning. Simpan dulu.
Rangka roda adalah bagian paling menarik. Rangka itu terbuat dari potongan sesek (dinding tipis dari bambu) yang ditekuk. Untuk bagian penyambung roda, carilah ranting bambu apus (bukan bambu Jawa) yang paling kecil.

Rangkailah dulu rangka roda itu sekuat mungkin. Tanpa rangka itu, mobil lempungmu tak akan bisa jalan.

Sembari itu, siapkan adonan tanah liat, bentuklah menjadi mobil yang paling kamu sukai. Umumnya anak-anak menyukai truk dan membenci bus. Truk adalah lelaki, bus itu perempuan. Jangan lupa membuat juga roda-roda kecil dari lempung.

Jemurlah lempung yang sudah dibentuk di terik mentari hingga cukup kering. Kemudian, lengkapilah rangka roda di atas dengan roda tanah liat. Pastikan roda itu bisa berputar. Lalu keringkan lagi.

Terakhir, pasanglah rangka mobil yang sudah dipersiapkan dengan rangka rodanya. Mobilmu sudah siap kawan….


MERCON TANAH

Biasanya mainan ini dibuat pada waktu bulan Ramadlan, untuk mengusir perut lapar kami di sore hari.

Cara membuatnya:
Langkah pertama, keduklah tanah di sekitar rumahmu. Panjang setengah meter, lebar 20 cm, dalam sekitar 20 cm, bikin seperti parit.

Tutuplah parit itu dengan sebilah papan, biarkan satu ujungnya tetap terbuka. Panteklah papan itu dengan pantek bambu yang kuat, lalu timbunilah papan itu dengan tanah hingga bentuknya mirip kuburan, jangan lupa… biarkan satu ujungnya tetap terbuka.

Eit.. kelewat satu. Lubangilah papan itu di ujung yang lain. Tujuannya, sebagai tempat untuk menyulut. lubang itu tembus kebawah parit dengan diameter sekitar 1 cm.
Buatlah tongkat yang panjangnya mampu mencapai lubang di papan tadi, diukur dari ujung parit yang terbuka. Ikatlah kaleng kecil di ujung tongkat itu. Jika tongkat dimasukkan ke dalam parit dari ujungnya yang terbuka, maka kaleng itu tepat berada di bawah lubang papan tadi.

Cara memainkannya….
Belilah karbit padat di toko secukupnya. Letakkan di tempat tertutup agar karbit tidak mencair/menguap.

Ambillah secuil karbit padat, letakkan di dalam kaleng yang terikat di ujung tongkat. Tuangkan sedikit air hingga karbit itu mendidih, seperti ikan di penggorengan. Lalu masukkan tongkat itu kedalam parit, jaga letaknya hingga kaleng tidak terbalik. Perkirakan kaleng berada tepat di bawah lubang kecil di papan.
Tutuplah semua lubang di parit mercon tanah itu hingga tidak ada udara yang keluar masuk. Biarkan air menggoreng karbit di kaleng itu hingga siap meledak.

Kemudian…. Nyalakan api tepat di atas lubang. Jangan terlalu dekat. Lebih baik menggunakan galah. Buka penutup lubang dan……. Blarrrrrrrrrrrrrrrrrrrr….!!!!! Mercon parit meletup kencang, kami pun senang.



Masih banyak jenis-jenis mainan lain, akan kusambung lain kali, ngantuk...... Merdekaaaa!!! Unyil Kucing…..!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bukan Resolusi

Apakah resolusi tahunan kita perlukan? Kenapa kita tetap membuatnya meskipun hampir semua target setahun meleset atau melenceng arahnya? Untuk apa? Para motivator meyakinkan kita bahwa pencanangan target tahunan perlu kita lakukan, setidaknya membuat kita tetap fokus dengan tahap-tahap dan arah hidup kita, pertanyaannya: apakah mereka sendiri merasakan perjalanan hidupnya seperti kotak-kotak tabel target yang diciptakannya? Wallahu A’lam, aku sendiri berharap hidupku tidak kering dari kejutan, sentakan, dan inspirasi yang meluap-luap. Aku tak suka tabel.

Jadi tulisan ini aku niatkan bukan sebagai resolusi tahun 2010. Kalau sampeyan bertanya, loh kok mirip? Ya.. biarin.. wong tulisan-tulisanku sendiri, kenapa sampeyan ribut, hehehe

Aku tak bicara tahun 2010, aku bicara tentang apa yang kuharapkan saat ini, sesuatu yang menurutku penting kukerjakan dan kutuntaskan.

Pertama dan utama, aku merasa malu banget dengan sindiran masyarakat kenapa S2 ku tak pernah kelar, malah pindah-pindah jurusan sampai 3 kali. Maka menuntaskan sekolah adalah prioritasku saat ini. Untuk itu, sepanjang semester kemaren aku rajin menampakkan diri di Salemba, fotocopy buku, menyesuaikan diri dengan generasi adek-adek fresh graduate teman sekelas, menyembunyikan identitas terutama kepada teman-teman yang kebetulan aktivis, mengerjakan semua critical review mingguan dan tugas-tugas makalah, menyiapkan dan mulai memikirkan rencana tesis, dll, dll.

Dan ternyata sekolah itu berat, aku baru sadar sebagian kecerdasan bawaanku (cuih) mulai berkurang, apalagi bila ada tugas yang menuntut penerjemahan dari Bahasa Inggris. Heran sekali karena sekarang aku tak bisa menambah memori untuk satu vocabulary baru, duuh gusti.. Jika kamus itu bisa kucantelkan di leherku. Untungnya aku masih punya sejumput sikap, walau setiap ada tugas terjemahan selalu ingat temanku yang bernama Erma, aku tetap keukeuh dan nyaris sombong… ini harus kulakukan sendiri. Wajib hukumnya!!.

Kedua dan juga utama, ternyata pengendalian hati adalah tugas sepanjang masa, tak peduli apakah kita masih remaja atau mendekati bapuk seperti aku ini. Jagalah hati, hormati perasaan & martabat orang lain, tapi juga bersikap adillah kepada diri sendiri. Jika menghadapi urusan yang tak bisa kita selesaikan dan malah menimbulkan mudlarat kepada kita sendiri, maka jauhilah tapi jangan pernah membenci. Kalau anda masih bingung apa yang kumaksud dengan hati, ya ituuu.. perasaan, kasih sayang a.k.a cinta atau sebutan apapun yang relevan.

Orang Jawa bilang “welas asih” mungkin padanan Indonesianya adalah “empati”. Aku sungguh berharap bisa menerapkannya secara konsisten/istiqamah pada semua orang, baik orang yang aku sukai dan aku harapkan, pada orang yang tak kuharapkan, pada orang yang membenciku atau mengagumiku atau yang menganggapku biasa-biasa saja. Tentunya ini nggak mudah ya, karena dorongan terkuat dalam diri kita pastinya ingin menang sendiri, diutamakan, dikagumi, digemari, tak dibenci dst.. Tapi aku yakin semua dorongan ini bisa kita kalahkan kalau kita sanggup berempati, welas asih pada orang lain. Besarkanlah hati orang lain, jangan biarkan hancur di depanmu…

Jika belum sanggup melakukannya maka yang terpenting adalah kejujuran dan keikhlasan. Jujur ungkapkan apa yang terbersit di hati kita, ikhlas menerima semua keadaan yang memang sudah seharusnya. Konon Iblis pun menyerah pada orang-orang yang ikhlas...(seperti pengajian yak, hehe)

Selain dua prioritas di atas, aku memilih flow with the wind… Biarlah kejutan, sentakan, dan inspirasi merangkumku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS