Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Roda Tanpa Rantai Baja

Kita tidak tahu kapan kehidupan kita dinaikkan dan/atau diturunkan kualitasnya. Jika istilah naik dan turun diterima. Kapan kita dimuliakan dan kapan dihancurkan. Tidak perlu persoalkan penggunaan “di” yang hanya istilahku belaka.

Seperti seorang kawan yang saat ini aku merasa sangat prihatin—meskipun tak melakukan apa-apa untuknya—karena kejatuhannya yang demikian cepat. Dari seseorang yang kukagumi integritasnya (hanya sedikit di dunia ini yang kuakui) menjadi pria malang yang memeras kebaikan teman-temannya.

Aku tak tahu apakah dia sadar sedang menghancurkan dirinya sendiri… Tidakkah dia tahu bahwa sangat mudah bagi kami mengetahui ‘ulahnya’? Dia lupa, dalam urusan keuangan, kebanyakan orang cenderung akan membicarakannya pada orang lain, kalau perlu dibesar-besarkan dengan kalimat seperti: “ia hutang kepadaku sekian dan belum membayar setelah berkali-kali jatuh tempo” atau “beraninya ia hutang lagi padahal yang lama tak ada kabar berita…”.

Aku ingin meneriakinya, Sobat..kembalilah pada dirimu yang dulu, pria terhormat yang kukagumi morilnya, jangan hancurkan citra dirimu sendiri.. Tapi dia menghindari setiap tatapan mata. Berusaha meyakinkanku bahwa ia baik-baik saja. Menutupi luka menganga di hatinya setelah tragedi rumah tangga itu.

Mungkin dia menyangka apa yang ia alami adalah aib lelaki yang sebisa mungkin harus disembunyikan, jika perlu dimasukkan sumur dan disemen agar tak ada satu makhluk Tuhanpun yang tahu. Dia lupa manusia tidak pernah dikaruniai alat untuk menyembunyikan aib, seperti bendungan rapuh yang bobol disana-sini. Mulutnya terkunci tapi matanya terbuka lebar mengabarkan tangisnya ke udara.

Mengapa tidak membuka diri, berbagilah, mungkin sedikit meringankan himpitan di dadamu, ketimbang berjingkat-jingkat mendekat sambil mengajukan proposal utang baru dengan mimik wajah yang membuat kita merasa bersalah jika tidak memberi. Uang, tidak akan menyelesaikan masalahmu.

Bukankah naik dan turun itu wajar… seperti roda berputar. Mengapa hanya sibuk menyalahkan sang mantan tanpa berkaca di depan cermin yang lebih jernih. Jikapun kau melihat bayanganmu penuh noda itupun wajar. Kamu bukan dan tidak perlu menjadi manusia super.

Sayangnya roda kehidupan tidak menggunakan rantai dari baja, demikian kata Ritchie Blacksmore. Tidak ada irama yang tetap, kadang hanya satu menit kau di atas dan tiba-tiba terlindas lagi untuk waktu entah sampai kapan. Tapi kau tak cepat menyadarinya, memilih menenggelamkan diri dalam kepuraan yang tidak pura-pura. Tepatlah nasihat Blacksmore “Hanya keberkahan yang bisa kita harap”.

Menungso tansah sawang sinawang, manusia hanya sibuk mengamati orang lain dan lupa melihat dirinya sendiri. Aku sendiri tak tahu apakah aku sedang ada di bawah saat ini. Mungkin juga ada kawan yang sedang berpikir atau menulis hal mirip tentang aku. Wallahu A’lam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS