Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Batas?

Ancaman terdekat dari iman seorang ahli ibadah berasal dari dirinya sendiri.
Ketika seorang mukmin tergopoh bangun menuju pancuran mengambil air wudlu atau bermimpi buruk akibat lupa shalat Isya', terselip rasa aman berada dalam lingkaran kesucian yang entah muncul dari mana. Lingkaran yang adakalanya, bahkan seringkali, berganti wujud menjadi lingkaran kepongahan si naif yang merasa sok suci.

Dalam bentuk sedikit ekstrim, seseorang yang merasa dilingkari kesucian dengan mudah membagi dunia antara kami dan mereka, benar dan jahat, iman dan kuffar. Saya sebut ini upaya memperkosa dunia. Padahal dunia ini lebih dari dua warna. Meskipun dunia tetap akan bergerak tanpa peduli bagaimana cara seseorang memikirkannya. Dalam bentuk lebih ekstrim lagi adalah FPI. Tetapi sebagian besar kita adalah FPI-FPI kecil..

Seseorang berucap: bagaimana kamu bisa demikian meyakini imanmu jika kamu hanya berdiri di zona aman? Membenci maksiat tanpa pernah tahu bagaimana wujud maksiat.. Berpuasa Ramadlan di tengah mayoritas muslim yang menuntut dihormati oleh minoritas yang tak puasa. Saya barangkali lebih acungi jempol minoritas muslim yang tetap berpuasa di tengah lautan nasrani, tanpa harus memasang spanduk: "HORMATILAH ORANG YANG BERPUASA" di depan masjid. Atau pada OB-OB di tempat Spa yang tetap puasa di sela-sela membersihkan lendir yang ditinggalkan para tamu.

Masjid di sekitar komplek tempat tinggal saya setiap sore giat mengganggu telinga melalui speakernya yang sudah rusak. Tidak cukup dengan azan masih ditambahi berbagai nyanyian arab puji-pujian. Majelis Zikir yang pengikutnya memenuhi jalanan, berkuasa melebihi polisi. Tidakkah mereka sadar lafadz zikir dari 1.000 mulut bisa dimentalkan oleh gerutu 5.000 mulut pengguna jalan...

Semua di atas hanya contoh-contoh agak ekstrim yang barangkali jauh dari kita. Anda bisa bilang: saya tidak begitu kok, itu mah teman saya dst...

Tetapi hati dan pikiran kita tidak jauh berbeda dari kepalan tinju dan bambu runcing FPI. Setiap kita merasa aman dalam lingkaran imajiner, menjauhi dan membenci hal-hal buruk yang kita tidak pernah tahu wujudnya, menghindari dan membenci orang-orang bermasalah dan para pendosa (menurut kita), kita ikut memperkosa dunia!

Rumi mengingatkan kita; Tuhan dan setan berbaur di dunia hingga akhir zaman. Atas nama apa kita hendak menyekatnya?
Bukankah lebih indah melihat warna-warni dunia apa adanya... tanpa memaksanya menjadi dua warna saja, hitam dan putih. Bukankah lebih indah menjalani kehidupan yang menurut kita baik tanpa harus menista yang kita anggap buruk... Bukankah ini semua hanya gradasi warna...dari tak terhingga menuju tak terhingga yang kita tak akan pernah tahu dimana kita berdiri.

Sederhananya saya lebih suka mereka yang tidak membatasi dirinya, bermurah hati terhadap semua warna tanpa hilang kilau putihnya, berhenti membenci, memberi kenyamanan kepada semua orang, membangkitkan elan spiritual tanpa menggurui, tidak menghakimi siapapun, mengajak tanpa memaksa, mendorong tanpa tekanan. Tersenyum hingga akhir masa. Seindah melihat gadis berjilbab yang masih sisakan keseksiannya, atau bertampilan trendy bahkan seksi tanpa lupa shalat (Sally namanya :D).

Kepada semua yang tersinggung maafkan saya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS