Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

AKU SI BOLANG SEJATI

Kembali ke masa lalu, masa kanak-kanak yang menyenangkan. Aku selalu mencintai masa lalu, sejarah, latar belakang seseorang dan pengaruhnya secara emosional terhadap kekinian. Aku percaya adanya energi dari masa lalu yang mencetak rupa kita saat ini dan di masa datang. Seorang pemikir berkata: “Mereka yang tidak menyukai sejarah, sebenarnya membenci sejarahnya sendiri” Wallahu a’lam…

Ketika mengamati polah anak-anak dan mainannya, baik anak-anak di Jakarta, Malang, atau di kampungku, aku sering teringat kanak-kanak bernama aku seperempat abad silam di sebuah desa bernama Majenang, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Pelosok, tapi masih bisa diamati dengan cukup jelas melalui GoogleEarth. Ya… anak itu bernama SUSETYO JAUHAR ARIFIN. Biar keren kemudian disingkat menjadi SJ. Arifin, dan agar nampak seperti member Ordo Jesuit kerap ditulis sebagai Arifin, Sj. Tentu saja aku muslim…

Kembali ke soal mainan anak-anak, aku sering memperbandingkan dengan cara begini: mainan anak-anak jaman sekarang selalu merupakan barang fabrikan yang harus dibeli, kadang dengan uang yang tidak sedikit. Bukankah cukup sering kita melihat penjual mainan anak-anak berseru: “sayang anak… sayang anak…” untuk merayu anak-anak. Semuanya harus dibeli.

Seingatku, di jaman aku masih kecil, nyaris tak satupun barang mainan kami yang harus beli. Tegasnya, kami membuatnya sendiri dengan tangan kecil kami yang kreatif. Apakah ini karena aku lahir dan dibesarkan jauh dari toko (kota)…? Mungkin saja. Tapi seingatku saat itu bahkan anak desa kami yang paling kaya pun membuat sendiri alat-alat permainannya.

Setiap kali pulang kampung, aku sering mengamati apakah kanak-kanak di desaku sekarang masih melanjutkan “kearifan lokal” (huhuyy istilahe kelincipen) warisan kami? Ternyata tidak. Mereka, sama saja dengan anak-anak kota, membeli mainan. Tak ada lagi anak-anak yang menggerakkan tangan kreatifnya membuat mainan, termasuk di desaku sendiri (sedihh).

Khawatir pada suatu saat kearifan lokal itu punah ditelan zaman, aku memutuskan untuk menulis ini, siapa tahu kelak akan bermanfaat. Aku ingin bercerita tentang ragam permainan kami dulu dan cara kami membuatnya (nanti akan kulengkapi dengan sketsa, kalau scan nya sudah balik dari Kalimantan).


LAYANG-LAYANG

Kami menyebutnya Layangan. Ini merupakan permainan yang paling aku sukai di masa kecil. Kertas minyak warna-warni yang melayang di ketinggian sungguh sangat mengagumkan.

Aku mulai membuat layang-layangku sendiri sebelum berusia 8 tahun. Aku masih ingat layang-layang pertamaku berwarna terlalu ragam dan compang-camping mirip baju pengemis yang ditambal kain warna-warni. Mengapa? Karena aku tak cukup punya kertas minyak. Yang ada hanyalah sisa-sisa potongan kecil kertas minyak pasca dipergunakan kakakku membuat pola baju. Layang-layang pertamaku sukses terbang, walau dicemooh banyak kawan karena penampilannya yang enggak banget.

Bagaimana cara kami membuat layang-layang? Persis dengan syair lagu kanak-kanak berikut:
“Kuambil buluh sebatang, kuraut sama panjang, kupotong dan kutimbang dengan benang… kujadikan layang-layang…bermain… berlari… bermain layang-layang… dst”.

Maknanya.. ambil dan pilih buluh bambu yang cocok. Jadikan ruasnya sebagai titik tengah, lalu rautlah dengan hati-hati hingga kurang lebih sama panjang dan sama beratnya. Kemudian timbanglah kedua sisi dengan ruas bambu sebagai titik tengahnya. Cara menimbang: ikatlah poros dengan benang, lalu angkat hingga kedua sisi tepat horisontal. Jika terlihat sisi kiri lebih berat, rautlah lagi hingga tepat setimbang dengan sisi kanan.

Langkah kedua… jadikan buluh bambu yang sudah ditimbang tadi sebagai rangka sayap layang-layang. Ikat ruasnya pada sebuah buluh bambu lain yang lebih besar dalam bentuk seperti salib. Kemudian hubungkan 4 ujungnya dengan benang membentuk jajaran genjang.

Langkah ketiga, siapkan kertas minyak. Khusus kertas minyak ini kamu harus beli di toko. Pilih warnanya yang cocok. Jika ingin praktis, gunakan satu warna saja. Tetapi jika ingin lebih berpenampilan, gunakan 2-3 warna dengan motif vertikal, horisontal atau menyilang. Banyak gaya yang dipakai untuk komposisi warna ini, tergantung kreativitas.

Langkah keempat, potong kertas minyak sesuai bentuk kerangka layang-layang. Beri kelebihan sekitar 0,5 cm untuk merekatkan kertas minyak. Apakah perlu lem?... hohohoho… tentu tidak. Jadikan sisa nasi sebagai lem. Tapi pastikan nasi itu tidak terlalu keras. Kami menyebutnya “lem upo”. Upo: butiran nasi.

Setelah direkat dengan “lem upo” jadilah layang-layang itu. Siap diterbangkan. Jangan lupa memberi dasi tepat di persilangan rangka layang-layang sebagai pemanis. Khusus untuk anak-anak yang lebih kecil, beri buntut panjang sebagai tanda layang-layang itu tidak untuk aduan.


TEKNIK MENGGELAS BENANG LAYANG-LAYANG ADUAN.

Tidak lengkap punya layang-layang kalau tidak diadu dengan layang-layang lainnya. Adu layang-layang merupakan acara paling seru di kampung. Anak-anak hingga dewasa menikmatinya. Pernah melihat film “Kite Runner”…? Persis seperti itulah yang terjadi.
Bagaimana membuat benang layang-layang kita kuat dan tajam? Btw kupingku pernah berdarah terkena layang-layang kawan saking tajamnya. Begini cara menajamkan benang (kami menyebutnya menggelas atau menyerit)

Bahan-bahan: gulungan benang baru, kanji (semacam lem), ancur (semacam perekat yang lain), potongan kaca, penumbuk kaca, dan kaleng untuk merebus adonan.

Langkah pertama, belilah benang yang cukup baik kualitasnya. Urutan harganya kalau tidak salah: Benang cap Gajah (Rp. 1.000/rol), benang cap Kepala Kambing (Rp. 500/rol), benang Cap Mawar (Rp. 300/rol), benang Cap Roda (Rp. 100/rol), benang cap Ultra (Rp. 50/rol). Semua kurs berasal dari masa lalu. Hanya orang dewasa atau anak orang kaya yang bisa membeli benang Cap Gajah. Seingatku semua benangku adalah Cap Ultra (hehe).

Langkah kedua, belilah kanji dan ancur.

Langkah ketiga, carilah potongan kaca terbaik. Rumors di kalangan kami dulu, kaca terbaik adalah berasal dari kaca/penyambung di tiang telepon yang menghubungkan jalur kereta api yang sudah tak berfungsi lagi. curilah kaca itu. Tapi jika tidak terlalu berani, ambillah kaca seadanya.

Langkah ketiga, ambil alat penumbuk kopi (lumpang) milik ibumu. Masukkan kaca-kaca yang sudah dibersihkan ke dalamnya, lalu tumbuklah hingga kaca itu hancur dan menjadi halus. Kemudian… saringlah serbuk kaca tadi. Dengan apa menyaringnya?... dengan bajumu yang paling tipis. Serbuk kaca yang tersaring itu sehalus bedak. Tapi itu kaca, jangan main-main di dekat matamu.

Langkah keempat, masukan serbuk kaca, kanji, dan ancur ke dalam kaleng bekas. Bila kurang cukup, tambahlah dengan telur. Lalu tuangkan air secukupnya lalu aduk di atas tungku hingga mendidih.

Langkah kelima, angkat kaleng beserta isinya, masukkan rol benangmu ke dalamnya, biarkan sejenak hingga hangat.

Langkah keenam, carilah dua tonggak yang jaraknya satu sama lain sekitar 5 meter. Jika tak ada, manfaatkan dua batang pohon yang berdekatan. Jika takut kehujanan, manfaatkan tiang rumah (ini yang paling sering).

Langkah ketujuh, ikatlah ujung benang yang rolnya masih tercelup di adonan pada tiang itu, lalu bergeraklah mundur pelan-pelan ke arah tiang yang lain. Gunakan jarimu (ibu jari dan telunjuk) untuk mengulur benang, jaga agar tidak terlalu banyak adonan yang menempel di benang itu. Belitkan benang itu di tiang kedua, lalu kembalilah ke tiang pertama, terus menerus hingga seluruh benang habis.

Tunggu hingga benang itu kering oleh hangatnya udara. Setelah selesai, benang siap dipergunakan. Hati-hati jarimu.


KATAPEL

Anak-anak merasa lebih keren dengan katapel yang dikalungkan di leher. Demikianlah kami dulu. Tapi bagaimana cara membuat katapel?

Pertama, pergunakan waktumu untuk melihat-lihat dan mencari dahan pohon yang bentuknya cocok. dahan paling ideal adalah dahan pohon asam, karena ia kuat dan mudah dibentuk. Jika tak mendapat dahan pohon asam pergunakan dahan pohon Jambu Klutuk (bukan jambu air), jika kurang beruntung, carilah dahan pohon bunga sepatu. Biasanya setiap hari libur kami berjalan-jalan antar kampung, mencari-cari dahan untuk Katapel.

Setelah dahan yang cocok didapat, potonglah lalu bawa pulang. Rautlah kedua anak dahan serapi mungkin, kemudian bentuklah menjadi cabang yang sempurna. Caranya: gunakan tali dan pengganjal hingga bentuk cabang katapel itu simetris. Simpanlah bahan itu beberapa hari hingga bentuknya tidak berubah lagi.

Kemudian,… pangganglah bahan itu di atas tungku dapur sambil berpura-pura membantu ibumu memasak. Rautlah sehalus mungkin hingga bentuknya menjadi cantik.

Lalu,… belilah pentil (karet panjang yang biasa digunakan untuk menyumbat lubang angin ban sepeda) dan carilah sepatu butut yang bisa kamu potong kulitnya. Jangan keliru ambil sepatu bapakmu tanpa izin, hehehe. Ikatlah pentil pada dua anak cabang katapel, ujung satunya ikatkan pada kulit sepatu yang sudah kamu potong. Fungsi kulit sepatu adalah sebagai tempat peluru katapel.


MOBIL-MOBILAN DARI LEMPUNG

Cara membuatnya:
Siapkan tanah liat yang paling liat, biasanya yang berwarna kuning. Simpan dulu.
Rangka roda adalah bagian paling menarik. Rangka itu terbuat dari potongan sesek (dinding tipis dari bambu) yang ditekuk. Untuk bagian penyambung roda, carilah ranting bambu apus (bukan bambu Jawa) yang paling kecil.

Rangkailah dulu rangka roda itu sekuat mungkin. Tanpa rangka itu, mobil lempungmu tak akan bisa jalan.

Sembari itu, siapkan adonan tanah liat, bentuklah menjadi mobil yang paling kamu sukai. Umumnya anak-anak menyukai truk dan membenci bus. Truk adalah lelaki, bus itu perempuan. Jangan lupa membuat juga roda-roda kecil dari lempung.

Jemurlah lempung yang sudah dibentuk di terik mentari hingga cukup kering. Kemudian, lengkapilah rangka roda di atas dengan roda tanah liat. Pastikan roda itu bisa berputar. Lalu keringkan lagi.

Terakhir, pasanglah rangka mobil yang sudah dipersiapkan dengan rangka rodanya. Mobilmu sudah siap kawan….


MERCON TANAH

Biasanya mainan ini dibuat pada waktu bulan Ramadlan, untuk mengusir perut lapar kami di sore hari.

Cara membuatnya:
Langkah pertama, keduklah tanah di sekitar rumahmu. Panjang setengah meter, lebar 20 cm, dalam sekitar 20 cm, bikin seperti parit.

Tutuplah parit itu dengan sebilah papan, biarkan satu ujungnya tetap terbuka. Panteklah papan itu dengan pantek bambu yang kuat, lalu timbunilah papan itu dengan tanah hingga bentuknya mirip kuburan, jangan lupa… biarkan satu ujungnya tetap terbuka.

Eit.. kelewat satu. Lubangilah papan itu di ujung yang lain. Tujuannya, sebagai tempat untuk menyulut. lubang itu tembus kebawah parit dengan diameter sekitar 1 cm.
Buatlah tongkat yang panjangnya mampu mencapai lubang di papan tadi, diukur dari ujung parit yang terbuka. Ikatlah kaleng kecil di ujung tongkat itu. Jika tongkat dimasukkan ke dalam parit dari ujungnya yang terbuka, maka kaleng itu tepat berada di bawah lubang papan tadi.

Cara memainkannya….
Belilah karbit padat di toko secukupnya. Letakkan di tempat tertutup agar karbit tidak mencair/menguap.

Ambillah secuil karbit padat, letakkan di dalam kaleng yang terikat di ujung tongkat. Tuangkan sedikit air hingga karbit itu mendidih, seperti ikan di penggorengan. Lalu masukkan tongkat itu kedalam parit, jaga letaknya hingga kaleng tidak terbalik. Perkirakan kaleng berada tepat di bawah lubang kecil di papan.
Tutuplah semua lubang di parit mercon tanah itu hingga tidak ada udara yang keluar masuk. Biarkan air menggoreng karbit di kaleng itu hingga siap meledak.

Kemudian…. Nyalakan api tepat di atas lubang. Jangan terlalu dekat. Lebih baik menggunakan galah. Buka penutup lubang dan……. Blarrrrrrrrrrrrrrrrrrrr….!!!!! Mercon parit meletup kencang, kami pun senang.



Masih banyak jenis-jenis mainan lain, akan kusambung lain kali, ngantuk...... Merdekaaaa!!! Unyil Kucing…..!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS