Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

ANAS

Aku memilih jalan di luar mainstream. Membela orang yang dilabeli "musuh rakyat" yang sedang diperangi KPK. Ini bukan jalan yang mudah dan populer. Di tengah ramai massa yang galak mendukung pemberantasan korupsi, aku malah mendukung "koruptor"...


Jika kalian sering membaca sekelompok orang yang disebut media sebagai loyalis Anas, maka aku adalah salah satu dari mereka. Aku tidak sedang berbangga atau merasa bersalah atas sebutan itu, semuanya kulakukan karena aku harus melakukannya. Aku wajib mengambil posisi itu tak perduli apa kata dunia tentangnya.

Sebelum terlalu jauh, aku ingin menjelaskan lebih dulu bahwa aku bukan anggota apalagi petinggi Demokrat, bukan pula orang yang mendapatkan manfaat berlebih saat Anas berada di puncak. Aku mengenalnya jauh sebelum Partai Demokrat lahir.

Bagi orang-orang seperti aku, yang mengenal Anas dari dekat dan cukup lama, ada lebih banyak cara dan jalan untuk mencintai dan menghormati Anas di tengah hujatan dan hinaan yang diterimanya selama bertahun-tahun dari orang-orang yang tak seberapa mengenalnya.

Tidak banyak aku mengenal politisi atau pemimpin seperti Anas. Kemampuannya, kehalusan budinya, caranya memperlakukan orang lain, bahkan jika orang lain itu membenci dan menyerangnya. Bukan satu dua kali aku terpukau oleh sikap pemaafnya pada orang-orang yang berusaha melukainya atau yang mengecewakannya, termasuk hal-hal yang pernah kulakukan sendiri. Aku melihat kualitas seorang manusia, bukan semata-mata kualitas kepemimpinan. Dan aku sangat bangga dan bersyukur pernah mengenalnya dari dekat.

Aku mengikuti perkembangan kasus yang menimpa Anas, mungkin lebih dari kebanyakan orang. Aku mengikuti juga bagaimana ia menghadapi kenyataan itu. Bagiku, mungkin hanya 1 dari sejuta orang yang bisa menghadapinya dengan ketenangan yang tetap bersinar, tanpa menjadi gila. Mungkin aku sendiri sudah masuk rumah sakit jiwa jika aku berada di posisinya.

Sedikit ingin kubagi rasaku di sini, bagaimana seseorang bisa dihina sedemikian rupa, dikhianati, diasingkan, dikucilkan, dicari-cari kesalahannya, didakwa, dituntut, dan divonis dengan gegabah, bagiku apa yang dialami Anas adalah ujian setingkat Waliyullah. Aku tak ingin berlebihan, tapi itu yang sungguh kurasakan. Bagaimana mungkin aku harus meninggalkan seorang "Waliyullah" di dalam pencariannya atas kebenaran dan keadilan?

Sama seperti kalian, aku juga sangat menghargai hadirnya KPK di tengah frustasi publik akan keadilan. Akupun mendukungnya. Namun di tengah gejolak itu, bagiku, kita tetap harus menyisakan sedikit kritisme agar lembaga ini tetap berada di relnya. Di mataku, ada kekuatan yang ingin membajak lembaga ini, demi dua tujuan: kekuasaan dan hegemoni atas tafsir hukum tertentu. Di tangan kekuatan pembajak ini, KPK bagaikan balon yang semakin mengembang melewati batas-batasnya, menjadi tuhan yang tak bisa dibantah. Siapa yang bisa menjamin satu ketika balon itu tidak akan meletus akibat kerasnya hawa kekuasaan yang dihirupkan ke dalamnya?

Dan aku demikian kecewa dengan cara KPK memperlakukan Anas... Kalian bukan malaikat (apalagi tuhan), dan meskipun jujur Anas pun bukan malaikat. Tetapi, atas dasar apa kalian menarget Anas seakan-akan ia adalah Setan dan kalian adalah Malaikat? atas dorongan apa kalian menganggap diri sebagai Musa dan memperlakukan Anas seolah ia Firaun? Di tengah Setan-setan dan Firaun yang lebih nyata, apa alasan kalian memilih Anas?

Jujur aku tak tahu jawabnya...Pembuktianmu di 25 kali persidangan tak membuatku yakin kalian punya alasan yang cukup kuat. Aku menyimak dan mengikutinya dengan teliti. Meski telah hadir vonis berat itu, aku tak bisa menangkap ide kalian tentang Anas selain kalian memang "harus" menghukumnya, entah demi apa... dan semua keputusanmu yang gegabah tak akan membuatku berpaling dari Anas.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: